
oleh : Sundari Widiastuti, S.Psi Penyuluh Narkoba Non PNS BNN Provinsi Kepulauan Riau
Selain kesehatan jasmani kita juga perlu untuk menjaga kesehatan pikiran dengan mengelola dan memanajemen pikiran kita agar tetap sehat tanpa narkoba. Stres merupakan beban emosional atau fisik yang didapat seseorang karena peristiwa tertentu, sehingga tubuh akan mengeluarkan sejumlah zat kimia dan hormon. Dampaknya, tekanan darah, denyut nadi dan gula darah meningkat, serta otot-otot menjadi tegang. Sistem saraf, hormonal, kekebalan tubuh dan sistem kardiovaskular juga dapat ikut berdampak jika seseorang mengalami stres.
Bila dilihat dari efek jangka pendeknya, stres bisa membuat seseorang mengalami jantung berdebar, tangan berkeringat atau nyeri kepala. Selain itu, nyeri otot, tekanan darah tinggi, gangguan tidur dan sulit membuat keputusan juga kerap menyerang orang yang stres. Tekanan yang datang pada saat stres sebetulnya tidak berbahaya. Namun, respons terhadap situasi tersebutlah yang bisa menyebabkan berbagai efek pada tubuh. Tak heran, ada saja orang yang mengalihkan stres tersebut dengan melakukan kebiasaan yang dapat merusak tubuh seperti merokok, mengonsumsi alkohol, makan berlebihan atau menggunakan narkoba.
Stres merupakan salah satu kondisi mental yang selalu menjadi alasan utama seseorang memilih narkoba sebagai sarana pelampiasan. Sumber stres dapat berasal dari masalah apapun, misalnya konflik dalam keluarga dan tekanan pekerjaan. Berdasarkan data hasil survei BNN RI tahun 2019, konflik keluarga mejadi salah satu alasan pertama kali seseorang memakai narkoba. Data ini menyebutkan bahwa ada sekitar 1,5 % laki-laki dan 7,9 % perempuan yang menyatakan alasan pertama kali pakai narkoba adalah konflik keluarga. Selain menjadi penyebab penyalahgunaan narkoba, kondisi mental tertentu juga dapat menjadi dampak dari penyalahgunaan narkoba. Menurut data dalam Indonesia Drugs Report 2020, salah satu dampak kesehatan dari penyalahgunaan narkotika jika digunakan secara jangka panjang adalah gangguan jiwa. Narkoba juga berdampak pada kesehatan mental penggunanya. Dampak kesehatan mental yang paling banyak dialami pengguna narkoba adalah takut, cemas, dan panik.
Alasannya, orang tersebut akan memakai obat guna mengatasi ketegangan terkait dengan stresor kehidupan atau untuk menghilangkan gejala kecemasan dan depresi. Dengan demikian, penggunaan narkoba berfungsi sebagai sarana untuk mengatur dampak dan menenangkan tekanan psikologis. Tingginya kadar stres cenderung menyebabkan seseorang kehilangan kendali atas impuls dan ketidakmampuan untuk menunda kepuasan. Seseorang yang mengalami stres, otak mereka akan kehilangan kemampuan untuk menjadi reflektif dan cenderung mudah menyerah pada dorongan hati mereka.
WHO mendefinisikan kesehatan mental sebagai kondisi kesejahteraan individu yang menyadari potensinya sendiri, dapat mengatasi tekanan kehidupan yang normal, dapat bekerja secara produktif dan menghasilkan, serta mampu memberikan kontribusi kepada komunitasnya. Individu yang sehat mentalnya dapat mengatasi berbagai permasalahan dan tekanan kehidupan dengan memanfaatkan potensi yang dimiliki. Mental yang sehat juga mampu mengarahkan individu untuk hidup lebih produktif dan bermanfaat bagi lingkungan sekitarnya.
Selain menimbulkan ketergantungan, penggunaan narkoba juga dapat mempengaruhi kondisi mental seseorang, bahkan bisa sampai pada kondisi gangguan mental atau jiwa. Menurut Abdul Majid dalam buku Bahaya Penyalahgunaan Narkoba, narkoba dapat mempengaruhi mental seseorang di antaranya memperlabil kondisi psikologis dan mempengaruhi perilaku, hilangnya kontrol akal sehat, daya pikir yang terus menurun, hilangnya rasa malu, serta gelisah dan susah berkepanjangan.
Penyalahgunaan narkoba juga dapat menimbulkan gejala gangguan jiwa seperti skizofrenia. Skizofrenia adalah kondisi gangguan jiwa dimana penderitanya mengalami gejala halusinasi, delusi, bicara dan perilaku kacau, menarik diri, emosi datar, kehilangan minat, dan tidak bisa membedakan mana yang nyata dan tidak nyata atau hanya dalam pikirannya saja. Seperti yang dilansir dalam WebMD bahwa narkotika jenis ganja dapat menjadi penyebab skizofrenia.
Semakin muda usia seseorang menggunakan ganja, maka akan semakin besar kemungkinan resiko mengidap skizofrenia. Ganja, sabu dan ekstasi juga dapat mengakibatkan penggunanya mengalami gangguan jiwa. Dilansir dari National Geographic Indonesia, sabu yang mengandung metampetamin mempengaruhi zat-zat kimiawi di otak yang dapat mempengaruhi kesehatan mental pemakainya begitupun dengan ekstasi. Jumlah serotonin yang dilepaskan ekstasi akan menurunkan jumlah serotonin di otak, sehingga membuat pemakai ekstasi justru mengalami depresi.
Kondisi stres bisa diatasi dengan berbagai cara, tergantung apakah orang tersebut akan memilih cara yang negatif maupun positif. Tak sedikit orang yang melepaskan stres mereka dengan merokok, minum alkohol, atau makan berlebihan. Ini biasanya tergantung makna apa yang dimiliki oleh peristiwa atau keadaan yang sedang dihadapi orang tersebut, apakah ia sedang putus cinta atau stres soal pekerjaan. Ada penelitian yang menyebutkan bahwa semakin besar jumlah stres yang dialami seseorang, maka akan semakin besar pula kemungkinan kecanduan terhadap obat-obatan terlarang.
Jadi, kesehatan mental sangat besar pengaruhnya pada penyalahgunaan narkoba. Sebaliknya, penyalahgunaan narkoba juga dapat menyebabkan kesehatan mental terganggu. Ini seperti siklus yang jika tidak segera diputus rantainya akan terus membuat pengguna narkoba terombang-ambing dalam kondisi mental yang tidak sehat. Kesehatan mental memiliki peran sangat penting dalam kelangsungan hidup individu.
Referensi :
https://www.unicef.org/indonesia/id/kesehatan-mental/stres
https://www.klikdokter.com/psikologi/kesehatan-mental/benarkah-stres-rentan-memicu-konsumsi-narkoba
https://www.halodoc.com/artikel/stres-kerja-bisa-buat-orang-konsumsi-narkoba-benarkah