Skip to main content
EdukasiArtikel

Positive Family Therapy Bagi Pecandu Penyalahguna Narkoba

Dibaca: 128 Oleh 20 Okt 2021November 1st, 2021Tidak ada komentar
Positive Family Therapy Bagi Pecandu Penyalahguna Narkoba
#BNN #StopNarkoba #CegahNarkoba

oleh : Ratih Frayunita Sari, S.I.Kom., M.A

Penyuluh Narkoba BNN Provinsi Kepulauan Riau

Kasus narkoba di Indonesia semakin mengkhawatirkan, setiap tahunnya dapat dilihat adanya peningkatan jumlah pengguna. Lebih memperihatinkan lagi bahwa usia produktif menjadi mayoritas pengguna narkoba yakni berada pada rentang usia 20-30 tahun. Penyebab penyalahgunaan ini sangat beragam, terutama di era pandemi saat ini faktor internal seperti kepercayaan diri, gaya hidup tekanan hidup akibat PHK sehingga kondisi secara ekonomi menurun. Hal ini menjadi aspek-aspek yang berpengaruh terhadap motif seseorang menyalahgunakan narkoba.

Berbagai usaha untuk membantu penyembuhan para pecandu juga dilakukan, tempat rehabilitasi disediakan pemerintah maupun swasta dengan berbagai pendekatan baik medis, psikologis, hingga spiritual. Secara khusus pendekatan psikologis cenderung dilakukan karena rehabilitasi konseling  ini dapat menjadi upaya untuk menangani pecandu. Sayangnya selama ini fokus rehabilitasi adalah pada penekanan masalah sehingga hanya memperbaiki “apa yang salah”.

Dalam pendekatan Cognitive Behaviour Therapy (CBT) salah satu contoh pendekatan terapi yang banyak dilakkan memperlihatkan bahwa perilaku kecanduan narkoba baerawal dari keyakinan irasional mengenai narkoba sehingga berdampak terhadap perilaku menyimpang tersebut. Keyakinan irasional ini seperti anggapan bahwa narkoba menghilangkan stres, untuk kesehatan, untuk penambah tenaga. Anggapan seperti ini bermunculan pada pecandu psikotropika da diarahkan pada proses membongkar keyakinan tersebut atau biasa disebut rekonstruksi kognitif. Selanjutnya juga adanya proses belajar secara berulang.

Selain itu juga dikenal model psikoanalisas yang melihat perilaku kecanduan sebagai akibat dari adanya regresi untuk mengisi sesuatu yang belum terpenuhi akibatnya  ego tidak bisa menalar lagi mana yang termasuk pusat kesadaran mana yang tidak termasuk. Pendekatan ini cenderung mendapatkan kritik karena dianggap kurang efektif  karena mengakibatkan seseorang meskipun mengubah rasionalitasnya namun pindah ke rasional yang lain. Pasa awalnya teknik psikoanalsa ini akan berhadapan dengan pecandu yang withdrawl.

Kemudian muncul pendekatan yang baru yang fokus pada family therapy. Ini dilakukan mengingat budaya di Indonesia yang masih menjadikan keluarga sebagai value sehingga sangat penting dalam berbagai aspek kehidupan seseroang. Salah satu hal yang dapat menggambarkan proses family therapy adalah adanya kecendrungan jika seseorang berubah dan tidak didukung keluarga maka apa yang telah dilakukan menjadi percuma. Akhirnya banyak kasus yang menjelaskan bahwa seseorang yang telah menjalani masa rehabilitasi kemudian menjadi relapse lagi ketika kembali pada keluarganya.

Dalam psikoterapi, kesehatan mental menjadi acuan dalam memberikan pemahaman oleh terapis untuk mengenal yang apa yang harus dilakukan dan apa yang menjadi harapan klien dan orangtua serta yang menjadi indikator keberhasilan dari terapi. Bagaimanapun juga perilaku anak tetap menjadi harapan orang tua sehingga perlu dibangun atmosfir kepercayaan dari orang tua terhadap anak sehingga anak dapat terbuka degan orang tua dan selanjutnya orangtua dapat mengarahkan anak agar berperilaku sesuai dengan norma yang ada.

Melalui fase ini orang tua yang menganggap kecanduan anak sebagai kesalahan anak justru menjadi bentuk tanggung jawab bersama. Bagi anak sendiri yang awalnya penuh kekerasan hati karena merasa mendapatkan hukuman dapat semakin memantapkan hatinya untuk menyayangi dirinya, memeluk dirinya dan bersedia melakukan apapun demi kebaikan dirinya. Selanjutnya anak yang menajdi klien perlu diberikan kesemaptan untuk menceritakan pengalaman bahagianya bersama orang tua, rasa cinta dan harapannya terhadap orang tua sehingga dapat saling terbuka dengan perasaan masing-masing.  Kondisi ini dijelaskan oleh Coloney sebagai intial rapport building and strength finding. Potensi positif yang dapat dieksplorasi adalah bagaimana emosi positif dapat dieksplorasi secara penuh.

Selain itu dalam family therapy juga dibutuhkan aktivitas yang dapat menunjang hubungan keluarga secara bersama-sama untuk meningkatkan kedekatan dan proses belajar ulang satu sama lain sehingga dengan adanya bentuk dukungan maka akan dapat dirancang langkah ke depannya untuk mengurangi kecanduan. Selainitu hal positif lain yang dapat dilakukan adalah dengan kekuatan positif klien secara internal maupun eksternal. Dengan memfokuskan pada empower strenthens and build optimism planning, maka klien dapat memaafkan dirinya sendiri di masa lalu dan tidak lagi fokus pada penderitaan akhibat masalah yang dia hadapi, sebaliknya malah menjadikan dirinya penuh gairah dan siap dengan pengembangan diri selanjutnya. Bagi terapis sendiri denganmemandang klien sebagai sosok yang memilki potensi positif akan dapat membangkitkan proses konseling berjalan baik.

Perspektif mengenai family therapy ini juga perlu selaras dengan orang tua karena orang tua umumnya datang ke konseling terapi untuk meminta bantuan terapis agar menyembuhkan anak remajanya yang terkena narkoba dan seringkali mereka mengungkapkan kekecewaan dan kemarahan terahadap anak dan meminta terapis membantu anak mereka agar berhenti dari kecanduan. Pada situasi ini seringkali tera;is dituntut untuk memiliki kemampuan autentic sehingga tidak terjebak tenggelang dalam katarsis orang tua dan harus fokus pada apa yang diharapkan dari setiap orang terhadap proses konseling terapi yang berlangsung.

Penerapan postiive family therapy untuk mengatasi remaja pecandu narkoba dalam berbagai case dirasa cukup menunjukkan keberhasilan. Hal ini ditunjukkan oleh pengakuan dari para klien dan orang tua setelah dilakukan follow up bahwa anak menjadi lebih optimis dan dapat lebih menonjolkan sisi positifnya dalam keseharian sehingga kepercayaan kedua belah pihak terus berjalan.

Referensi :

Carr. A. 2004. Positive Psychology. Routledge. New York : USA

Coloney, C.W dan Conoley, J.C. 2009. Positive Psychology and Family Therapy. John Wiley & Sons, Inc. New Jersew : USA

Seligman, 2019. Positive Pscchoteraphy. Journal American Pscychologist. Sage Publication.

Kirim Tanggapan

made with passion and dedication by Vicky Ezra Imanuel