
Oleh: Rizki Pramisya (Staff P2M BNNP Kepri)
Harga Diri merupakan komponen penting dalam hidup setiap manusia. Berdasarkan teori kebutuhan Abraham Maslow, harga diri memiliki tingkatan kedua tertinggi setelah kebutuhan fisik, rasa aman, dan kasih sayang. Harga diri dalam keilmuan psikologi dikenal dengan self-esteem. Menurut Huitt (2004) harga diri mengacu pada perasaan individu tentang dirinya sendiri.
Tinggi rendahnya harga diri individu juga dikaitkan dengan kemampuan individu dalam berperilaku baik positif maupun negatif. Individu dengan harga diri tinggi cenderung memiliki respon perilaku yang lebih baik dibandingkan mereka yang memiliki harga diri rendah (Manning, Bear, & Minke, 2006). Ini juga berkaitan terhadap perilaku kecanduan narkoba. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Alavi (2011) menemukan bahwa individu yang terlibat dalam kecanduan narkoba cenderung memiliki harga diri yang rendah. Hal ini juga didukung oleh Greenberg, et al (1999) yang menyatakan bahwa kurangnya harga diri dapat menyebabkan banyaknya masalah sosial termasuk beberapa kejahatan dan penyalahgunaan narkoba. Semakin tinggi harga diri seseorang, maka kecenderungan akan kecanduan narkoba akan semakin rendah, dan sebaliknya (Kounenou, 2010).
Harga diri penting dipupuk sejak dini pada anak. Ini berkaitan dengan dampak yang ditimbulkan ketika anak atau remaja gagal dalam menumbuhkan harga diri mereka, remaja akan memiliki kecenderungan untuk mengkonsumsi dan kecanduan akan obat-obatan terlarang (Feltis, 1991). Dari data BNN RI tahun 2019, kebanyakan penyalahguna narkoba berasal dari kalangan remaja dan anak-anak, dimana setiap tahunnya mengalami persentase kenaikan hingga kurang lebih 28%. Kondisi ini mengisyaratkan bahwa pentingnya membangun harga diri sejak dini pada anak agar terhindar dan memiliki teguh pendirian terhadap stimulus negatif dari lingkungan.
Komponen yang mempengaruhi harga diri. Sikap dan perilaku orangtua menjadi komponen relevan yang membangun harga diri pada anak. Rasa kasih sayang dengan adanya penerimaan yang tulus, tuntutan yang jelas, serta penghargaan yang nyata merupakan sikap dan perilaku yang dapat orangtua lakukan demi membentuk rasa berharga dalam diri anak (Coopersmith, 1981). Pemberian pujian kepada anak juga mampu meningkatkan perasaan berharga dalam diri anak. Tidak membandingkan anak dan terus mensupport setiap ide, kegiatan yang anak lakukan mampu menciptakan perasaan berharga dan kepercayaan diri dalam diri anak.
Ketika anak telah memiliki perasaan dan presepsi serta keyakinan bahwa diri mereka berharga, secara tidak sadar mereka akan menjaga diri mereka dari stimulus lingkungan yang negatif, mampu menolak ajakan yang bersifat merugikan diri, serta tidak mudah dipengaruhi oleh lingkungan.
Daftar Pustaka:
Alavi, H. R. (2011). The role of self-esteem in tendency towards drugs, theft and prostitution. Addiction & health, 3(3-4), 119.
Coopersmith S. (1981). The antecedents of self-esteem. Palo alto, CA: Consulting Psychologists Press.
Feltis LM. (1991). Correlative Aspects of Adolescent Substance Abuse and Self-Esteem.
Greenberg, J., Solomon, S. & Pyszczynski, T. (1997). Terror management theory of self-esteem and cultural worldviews: Empirical assessments and conceptual refinements.
Huitt W. (2004). Self-concept and self-esteem. Educational Psychology Interactive.
Kounenou K. (2010). Exploration of the relationship among drug use & alcohol drinking, entertainment activities and self-esteem in Greek University students. Procedia Social and Behavioral Sciences
Manning, M.A., Bear, G.G. & Minke, K.M. (2006). Self-concept and self-esteem. National Association of School Psychologists.