
Menyoal Duta Anti Narkoba dari Kalangan Selebriti
Oleh : Ratih Frayunita Sari, S.I.Kom., M.A Penyuluh Narkoba Ahli Pertama BNN Provinsi Kepulauan Riau
Sebagai lembaga negara, instansi pemerintah memiliki legalitas formal untuk menyelenggarakan kepentingan rakyat pada seluruh warga yang terdiri dari berbagai elemen masyarakat sebagai. Salah satu kunci demi terciptanya kelancaran kepentingan masyarakat dibutuhkan peranan komunikasi pemerintah untuk dapat menyampaikan berbagai informasi tentang kebijakan (Istianto, 2001, hal. 53). Komunikasi pemerintah menjelaskan bagaimana pemerintah dapat mengelola kegiatan komunikasi dengan warga negara sehingga akan tercapai pemerintahan yang efektif dan mampu membangun kepercayaan warga sehingga meningkatkan partisipasi masyarakat. Pasquier (2012) menjelaskan komunikasi pemerintah merupakan all the activities of public sector institutions and organizations that are aimed at conveying and sharing information, primarily for the purpose of presenting and explaining government decisions and actions, promoting the legitimacy of these interventions. Di sini dijelaskan bahwa semua kegiatan lembaga sektor publik bertujuan untuk menyampaikan dan berbagi informasi pada publik (Pasquier, 2012, hal. 3).
Badan Narkotika Nasional (BNN) sebagai Lembaga Pemerintahan Non Kementerian diberikan kewenangan sebagai leading sector untuk melaksanakan Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika (P4GN) terutama dalam upaya pencegahan (BNN,2017, hal. 7). Kondisi Indonesia darurat narkoba menjadikan BNN semakin gigih melakukan berbagai upaya pencegahan salah satunya dengan program kampanye komunikasi. Kampanye komunikasi menjadi basis program kesehatan di Negara belahan dunia manapun dengan mengedukasi masyarakat dalam penanggulangan masalah kesehatan seperti rokok, HIV/AIDS termasuk Narkoba.
Upaya kampanye dilakukan baik melalui penggunaan media kampanye maupun aktivitas tatap muka. Sebagai bentuk upaya penajaman dalam kampanye Badan Narkotika Nasional menunjuk Duta Anti Narkoba dari kalangan artis. Hal ini dilakukan untuk membantu BNN dalam mengkampanyekan gerakan anti narkoba. Selebriti dipandang sebagai public figure yang memiliki banyak penggemar dan sering bersentuhan dengan masyarakat sekaligus media massa. Ini dinilai membantu karena selebriti telah dikenal di masyarakat. Berbagai bentuk pesan anti narkoba dihadirkan lewat karya bermusik, film, bahkan dalam komunitas mereka sendiri. Dengan terlibatnya artis diharapkan mampu mempersuasi masyarakat menolak penyalahgunaan narkoba. Hal ini juga tidak terlepas dari perannya sebagai publik aktif BNN yang mendukung program pencegahan.
Namun belakangan ini pemberitaan media massa mengungkapkan fakta mencengangkan, beberapa dari Duta Anti Narkoba dari kalangan selebriti yang dipercaya menjadi komunikator pesan anti narkoba justru terjebak penyalahgunaan Narkoba. Sebut saja Ridho Roma, Pretty Asmara,Kirana Larasati. Idelanya duta dari kalangan selebriti ini merupakan pelaku kampanye yang berperan penting dalam kampanye terutama pada sesama kalangan selebriti dan masyarakat namun ternyata sebaliknya terjebak dalam penyalahgunaan. Sejak awal 2017, beragam kasus penyalahgunaan Narkoba datang dari kalangan artis, tercatat sebanyak 22 artis telah berurusan dengan kasus narkoba sejak Februari 2017 (TribunNews, 2018)
Menurut Hovland (dalam Effendy, 2005, hal. 10) komunikasi adalah proses mengubah perilaku orang lain. Salah satu unsur yang menentukan efektif tidaknya proses komunikasi adalah komunikator. Seorang komunikator harus memperhatikan kredibilitas dirinya, dimana kredibilitas ini berkaitan dengan persepsi khalayak tentang keefektifan seseorang (Venus , 2012, hal. 35) Teori kredibilitas sumber (source of credibility) yang dikemukakan oleh Hovland, Janis dan Kelley pada tahun 1953 menyebutkan bahwa perubahan sikap dan perilaku khalayak sasaran komunikasi dipengaruhi oleh kredibilitas komunikatornya. Jika seorang memiliki kredibilitas yang tinggi sehingga komunikasi yang dilakukannya efektif, maka akan terjadi perubahan sikap. Dalam hal ini perubahan yang diharapkan dari adanya kampanye adalah perubahan sikap kesadaran masyarakat akan bahaya penyalahgunaan narkoba.
Efektifitas komunikasi akan sangat bergantung pada bagaimana khalayak memandang kredibiliitas yang dimililki oleh komunikatornya, dalam tulisan ini karena faktor pengalaman yang belum dapat dibuktikan, maka kredibilitas selebriti sebagai duta anti narkoba lah yang akan menentukan sikap masyarakat. Selebriti adalah orang yang sangat berpengaruh yang tindakan dan keputusannya diperhatikan dan sering ditiru oleh khalayak luas. Banyak selebriti menggunakan kedudukan sosial mereka yang menonjol untuk mendukung program kesehatan
Lebih lanjut dijelaskan bahwa pentingnya komunikasi pemerintah adalah sebagai bentuk role, practice,dan aims, serta achievements dari instansi pemerintah yang melakukan eksekusi dalam layahan publik dan menjadi dasar baik langsung maupun tidak langsung untuk memberlakukan apa yang menjadi tujuan mereka sebagai pemerintah.Selebriti secara definisi layak diberitakan, kehadiran selebriti dalam kampanye kesehatan selalu menunjuk pada contoh-contoh yang telah sangat salah atau yang gagal mengubah dunia selamanya sehingga menjadi pembelajaran bagi masyarakat. Seringkali media diam tentang banyak contoh keterlibatan selebriti yang secara besar-besaran dalam kampanye advokasi untuk mempromosikan reformasi kebijakan kesehatan (Chapman, 2012, hal. 20).
Duta Anti Narkoba dari Kalangan Selebriti : Label Kredibilitas
Duta Anti Narkoba pada dasarnya merupakan komunikator yang dipercaya mampu mengambil alih kesadaran atau upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba dengan pesan ‘Stop Narkoba” Ini bertujuan untuk mempromosikan kesadaran massal tentang penyalahgunaan narkoba, menyoroti tren penyalahgunaan narkoba di masyarakat (Force, 2016, hal. 27). Kehadiran artis yang ditunjuk sebagai Duta Anti Narkoba seharusnya juga memiliki kriteria sebagai komunikator kampanye. Profesi artis yang melekat pada mereka idealnya menjadi daya tarik untuk mengundang responsif masyarakat, namun ada beberapa hal yang perlu ditekankan dalam segmentasi pemilihan Duta Anti Narkoba dari kalangan artis ini.
Selebriti yang sering ditunjuk BNN sebagai Duta Narkoba sejauh ini seringkali dikarenakan telah memiliki hubungan yang baik. Sebutlah Slank yang aktif mendukung BNN karena telah memilki pengalaman hitam dengan narkoba. Hal ini menunjukkan selebriti sering terlibat karena pengalaman pribadi dengan masalah narkoba sehingga mereka berbagi keprihatinan dengan warga lain dan membantu dengan menawarkan magnet publisitas melalui status selebriti mereka. Menariknya sejauh ini media massa lebih cendrung memberitakan isu selebriti yang tertangkap sebagai pecandu narkoba dibandingkan mempublikasikan aksi sosial selebriti sebagai Duta Anti Narkoba. Hal ini tidak terlepas dari image selebriti yang sebagian besar akrab dengan dunia malam dan memiliki gaya hidup bebas. Meminjam pernyataan Venus bahwa pelaku kampanye tidak dapat dilakukan oleh satu orang pelaku tunggal saja tetapi dilakukan oleh sekelompok orang yang tergabung dalam suatu tim kerja. (Venus , 2012, hal. 54). Oleh karena itu keberadaan Duta Anti Narkoba seyogiayanya tidak berdiri sendiri melainkan melibatkan diri secara aktif dengan seluruh stakeholders BNN.
Duta Anti Narkoba merupakan salah satu ujung tombak sosialisasi di masyarakat sekaligus wadah konsultasi dalam membantu memberikan informasi seputar bahaya penyalahgunaan Narkoba. Berikut diperlihatkan aktivitas yang dilakukan Duta Anti Narkoba mengkampanyekan “Stop Narkoba”. Terlihat aktivitas sebagian besar dilakukan saat selebriti dengan rutinitasnya melalui musik, film, maupun terlibat dalam event BNN, dan juga secara khusu melakukan kunjungan untuk memperlihatkan dukungan dalam kegiatan pencegahan penyalahgunaan Narkoba.
Sementara mengenai bahasa yang digunakan, dalam tiap kampanye, Duta Anti Narkoba yang lebih banyak menggunakan bahasa sesuai dengan kapasitas mereka sebagai selebriti. Jika penyanyi, bahasa yang disampaikan melalui lagu, Ini yang konsisten dilakukan Slank, bahkan Slank mengeluarkan single tentang Narkoba untuk memberikan pengalaman masa lalu Slank yang pernah terjebak penyalahgunaan. Untuk selebriti lain yang sebagian besar dari kategori penyanyi Dangdut belum banyak memberikan kontribusi kampanye, karena image yang dimiliki lebih mengarah pada hal yang konotasi negatif melalui pakaian dan tarian. Bahkan salah satu penyanyi dangdut pernah mempopulerkan senam Anti Narkoba. Ini juga dinilai sebagai salah satu bentuk kampanye yang tidak berhasil karena penyanyi dangdut ini menggunakan pakaian dan gerakan, bahkan musik yang hanya dinikmati oleh penikmat dangdut.
Duta Anti Narkoba biasanya menggunakan pakaian yang lebih mencolok untuk menarik perhatian media massa. Meskipun daya tarik menjadi salah satu unsur kredibilitas, namun karena latar belakang selebriti tidak begitu populer, kampanye yang dilakukan hanya menarik media massa tertentu saja. Dalam melakukan proses kampanye, Duta Anti Narkoba biasanya dibantu oleh media massa yang telah bekerjasama dengan BNN dalam setiap peliputan dan didukung oleh media seperti stiker, buku KIE, standing banner, dan juga leaflet. Sayangnya pemanfaatan media ini tidak dikemas dengan menarik, sehingga masyarakat yang menerima pesan tidak menyeluruh karena aktivitas terbatas pada event yang dilakukan BNN saja, belum banyak aktivitas mandiri yang dilakukan oleh Duta Anti Narkoba. Pada dasarnya peranan Duta Anti Narkoba ini bukanlah menjadi faktor tunggal, karena dalam sebuah kampanye komunikasi yang terpenting tidak hanya komunikatornya namun juga pesan yang ada di dalam kampanye tersebut.
Dalam berbagai forum yang diadakan BNN selebriti yang diundang juga tidak merepresentasikan selebriti yang potensial dan populer untuk menjadi icon. Banyak selebriti yang berasal dari kalangan public figure yang tidak lagi populer maupun memiliki prestasi, kecendrungan pemilihan Duta Anti Narkoba dari kalangan artis belum banyak memperhatikan aspek ini. Sekali lagi Kredibilitas seorang pelaku kampanye dari selebriti juga harus melihat siapakah dia, topik atau objek kampanye apa yang dibicarakan, bagaimana situasinya, dan siapa khalayak dalam sasaran tersebut. Ini semua penting untuk dipelajari oleh seorang Duta Anti Narkoba.
Bayangkan jika Duta Anti Narkoba pada generasi millenial ini muncul dari kalangan artis penyanyi berbakat dan memiliki segudang prestasi, ini tentu menjadi daya tarik dan dari sisi kepercayaan dan keahlian tidak perlu diragukan. Diantara faktor tersebut juga ada faktor pendukung seperti keterbukaan, ketenangan, kemampuan bersosialisasi yang dibutuhkan oleh seorang pelaku kampanye. BNN perlu melakukan pendekatan untuk memahami calon Duta Anti Narkoba dari kalangan artis untuk dijadikan partnership bagi BNN. Pertama, pengenalan masalah (problem recognition) dengan mengukur sejauhmana calon Duta Anti Narkoba ini mengenali adanya masalah Narkoba. Kedua, pengenalan kendala (constraint recognition) melihat bagaimana calon Duta Anti Narkoba mempersepsi masalah Narkoba dan memandang bahwa mereka dapat berbuat sesuatu untuk situasi tersebut. Ketiga, tingkat keterlibatan (level of involvement) sejauhmana calon Duta Anti Narkoba terlibat dan peduli terhadap masalah yang sedang dihadapi (Grunig & Repper, 1992, hal. 135-137).
BNN perlu melakukan pemetaan ulang dengan melihat perkembangan pemberitaan positif selebriti dan melihat target sasaran kampanye BNN untuk mengajak selebriti tersebut terlibat sebagai campaigner. Selain itu hendaknya dihindari menjalin kerjasama dengan selebriti yang tidak memiliki pengaruh besar karena popularitas dan prestasinya bahkan followers di media sosial sangat sedikit atau terbatas pada kalangan tertentu. Ini akan berdampak terhadap dukungan media massa menginformasikan pada masyarakat karena dari aspek ketepercayaan, keahlian, dan daya tarik yang dimiliki selebriti sangat kurang. Banyaknya kasus Duta Anti Narkoba yang ternyata justru terjebak penyalahgunaan Narkoba telah menemukan analisa dari sisi kredibilitas. Kebanyakan selebriti ini berasal dari kelompok public figure yang tidak begitu diperhitungkan dalam industri entertainment. Bahkan banyak yang justru ingin kembali mendongkrak popularitas dengan menggandeng BNN.
Referensi :
Effendy, O. U. (2005). Ilmu Komunikasi teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Force, A. D. (2016). Awarness and Rehabilitation Activities. Pakistan: Drug Demand Reduction Anti Drug Force Directorat.
Istianto, B. (2001). Manajemen Pemerintahan dalam Perspektif Pelayanan Publik Edisi 2. Yogyakarta: Mitra Wacana Media.
Larson, C. U. (1992). Persuastion, resception, and Responsibility. California
: Wardsworth.
Venus , A. (2012). Manajemen Kampanye: Panduan Teoritis dan Praktis dalam Mengefektifkan Kampanye Komunikasi. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.
Chapman, S. (2012, September 29). Does celebrity involvement in public health campaigns deliver long term benefit? BMJ, 19-21.
Grunig, J., & Repper, F. (1992). Strategic Management, Publics, and Issues. Dalam J. Grunig, Excellence in Public Relations and communication management (hal. 117-158). New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates.
Hoffman, S. J., Mansoor, Y., Natt, N., Sritharan, L., Belluz, J., & Caulfield, T. (2017). Celebrities’ impact on health-related knowledge, attitudes, behaviors, and status outcomes. Systematic Reviews (, 1-13.
Mcguire, W. J. (2001). Input and Output Variables Currently Promising for Constructing Persuasive Communication. Dalam R. E. Rice, & C. K. Atkin, Public Communication Campaigns (hal. 22-48). London: SAGE Publication.
Pasquier, M. (2012). Government Communication : The Reference for Understanding Government Action. Encylopedic Dictionary of Public Administration, 1-12.
Petty, R. E., & Cacioppo, J. T. (1986). The elaboration likelihood model of persuasion. Advances in experimental social psychology, Vol. 19, 123-204.
Synder, L. B. (2001). Development Communication Campaign. Dalam G. W., & M. B., Handbook of International & Culture Communication (hal. 478-547). Thousand Oaks CA: SAGE Publication.
Dokumen
BNN. (2017). Rencana Strategis Badan Narkotika Nasional 2015-2019 (Midterm Reviu). Jakarta: Badan Narkotika Nasional.
Website
TribunNews. (2018, Februari 18). 22 Artis Terjerat Narkoba Sejak 2017, Ada yang Bolak-balik Masuk Penjara Kasus yang Sama. Dipetik Maret 25, 2018, dari TribunNews.com: http://www.tribunnews.com/seleb/2018/02/18/22-artis-terjerat-narkoba-sejak-2017-ada-yang-bolak-balik-masuk-penjara-kasus-yang-sama