Skip to main content
EdukasiArtikel

Mengapa Perilaku Penyalahgunaan Narkoba Dapat Berpotensi Kegilaan?

Dibaca: 56 Oleh 07 Nov 2021Desember 1st, 2021Tidak ada komentar
Mengapa Perilaku Penyalahgunaan Narkoba Dapat Berpotensi Kegilaan?
#BNN #StopNarkoba #CegahNarkoba

Oleh Mohammad Geralldine Nurhadi Mahasiswa Kriminologi Universitas Indonesia

Pada banyak penelitian yang menguji mengenai dampak buruk penyalahgunaan narkoba, salah satunya disebutkan bahwa perilaku penyalahgunaan narkoba berpotensi kegilaan. Memang dalam realitanya, banyak dampak negatif sebagai akibat penyalahgunaan narkoba. Aspek kesehatan dan psiko-sosial menjadi beberapa hal yang kerap dibahas. Sudah jelas bahwa secara kesehatan bahwa mengkonsumsi zat kimia adiktif baik organik maupun sintetis tanpa anjuran dokter dapat menghasilkan malfungsi kinerja organ vital tubuh. Kerusakan tersebut tidak jarang dapat menciptakan komplikasi penyakit yang dapat mempengaruhi kesehatan tubuh. Hal yang kerap menjadi pertanyaan masyarakat terkait isu narkoba ini adalah bagaimana seseorang yang menyalahgunakan narkoba dapat menjadi gila.

Terdapat keterkaitan yang erat antara penyakit mental kegilaan dengan pola perilaku penyalahgunaan narkoba. Meskipun demikian, perlu ditekankan bahwa dalam menentukan apakah sesorang dikatakan memiliki mental isu atau gangguan kejiwaan diperlukan serangkaian tes oleh pihak professional. Hal ini ditujukan untuk menentukan jenis gangguan kesehatan mental apa yang sedang dialami oleh orang tersebut atau untuk memvalidasi apakah orang tersebut benar-benar mengalami gangguan kesehatan mental. Hal ini mengingat bahwa banyaknya jenis gangguan kesehatan mental dan kejiwaan yang memiliki indikator dan penanganannya masing-masing.

Gangguan kejiwaan yang disebabkan oleh penyalahgunaan narkoba karena zat narkoba atau narkotika dan obat-obatan terlarang mengacu pada kelompok senyawa yang jika dikonsumsi dapat menurunkan tingkat kesadaran menciptakan halusinasi atau menimbulkan risiko kecanduan bagi penggunanya. Pada beberapa kasus penyalahgunaan yang berlebihan dapat menyebabkan overdosis yang dapat berujung pada kematian. Penyalahgunaan narkoba, seperti heroin, dapat menyebabkan berbagai gangguan pada saraf, mulai dari rasa kebas yang muncul pada anggota gerak yang dimiliki penderita hingga pandangan buram. Gangguan sistem saraf pada pengguna narkoba dapat terjadi karena saat penggunaannya, impuls atau rangsangan terhadap saraf menjadi sangat aktif dan cepat, hal ini menyebabkan aliran listrik yang tidak seimbang pada otak.

Kondisi tersebut dapat berimplikasi pada banyak hal, tidak hanya terganggunya kinerja sistem saraf dan respon organ vital. Namun, juga pada perubahan pola pikir dalam menangkap dan merespon informasi. Melalui hal tersebutlah gangguan kejiwaan dapat menimpa penyalahguna narkoba. Adapun bentuk gangguan kejiwaan yang dapat terjadi meliputi Gangguan jiwa di antaranya cemas, depresi, psikotik atau skizofrenia, gangguan afektif (sering sedih, maniakal (respons berlebihan), banyak tertawa, banyak optimis, paranoid (suka curiga), hingga gangguan akibat zat tertentu (pecandu alkohol dan narkoba). Oleh karena itu, ketika seseorang menyalahgunakan narkoba diharuskan menjalankan proses rehabilitasi medis dan sosial.

Referensi

Sajja, R. K., Rahman, S., & Cucullo, L. (2016). Drugs of abuse and blood-brain barrier endothelial dysfunction: A focus on the role of oxidative stress. Journal of Cerebral Blood Flow & Metabolism, 36(3), 539–554.

United Nations Office on Drugs and Crime. (2019). Executive Summary Conclusion And Policy Implication World Drug Report. United Nations Publication, Sales No. E.18.XI.9.

Kirim Tanggapan

made with passion and dedication by Vicky Ezra Imanuel