Skip to main content
EdukasiArtikel

Kerentanan Anak Jalanan Dalam Menjadi Korban Penyalahgunaan Narkoba

Dibaca: 191 Oleh 17 Nov 2021Juni 20th, 2022Tidak ada komentar
Kerentanan Anak Jalanan Dalam Menjadi Korban Penyalahgunaan Narkoba
#BNN #StopNarkoba #CegahNarkoba

Penyalahgunaan narkotika dapat memberikan efek destruktif bagi kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara. Banyak penelitian yang menunjukan terdapat hubungan yang mendalam antara penggunaan narkotika dengan perilaku kriminal, di mana kemudian perilaku kriminal tersebut akan meningkatkan jumlah tindak kejahatan yang akan mengganggu keamanan masyarakat. Sebagai contoh, di New Delhi India terdapat sekitar 35,2% asupan ganja di antara remaja yang dihukum karena kejahatan terkait pembunuhan. Pada kejahatan terkait penjambretan dan perampasan, ditemukan pula bahwa pelaku rutin mengkonsumsi opioid/heroin (Sharma et al, 2016). Permasalahan tersebut tidak hanya terjadi pada orang dewasa, kelompok anak menjadi korban terbesar dari fenomena penyalahgunaan narkoba.

Street atau jalanan merupakan rumah bagi jutaan anak di seluruh dunia yang menanggung kesulitan dan ketidakadilan sambil berjuang untuk bertahan hidup (Embleton, Mwangi, et al., 2013). Mereka disebut sebagai anak jalanan karena menghabiskan sebagian besar waktunya di jalan. Fenomena anak jalanan ini telah menjadi perhatian utama masyarakat dunia internasional, termasuk Indonesia. Karena sifatnya yang tersembunyi dan terisolasi, sulit sekali untuk memperkirakan jumlah pasti dari mereka, namun tampaknya jumlah mereka terus meningkat seiring pesatnya pertumbuhan populasi global, migrasi dan urbanisasi. Lebih lanjut, UNICEF (2012) menyebutkan bahwa anak-anak terpaksa tinggal dan bekerja di jalanan karena berbagai alasan, seperti adanya kekerasan atau pelecehan di rumah, kemiskinan, konflik atau penelantaran, dan lain sebagainya.

Lebih lanjut, selama hidup di jalan, mereka dihadapkan pada segudang tantangan dalam kehidupan sehari-hari, termasuk peluang yang besar untuk menjadi korban kekerasan dan eksploitasi anak. Keterbatasan keterampilan yang dimiliki menyebabkan mereka melakukan aktivitas seperti berjualan di pinggir jalan, mengamen, mengemis, dan aktivitas lainnya yang dianggap negatif oleh masyarakat. Hal ini yang membuat anak-anak yang bekerja di jalanan berisiko lebih tinggi terhadap hasil kesehatan perilaku yang tidak diinginkan, termasuk peningkatan peggunaan dan penyalahgunaan narkotika. Selain itu, paparan gaya hidup yang keras dan sulit pun juga turut berkontribusi dalam peningkatan penggunaan dan penyalahgunaan narkotika tersebut.

Penggunaan inhalansia dalam bentuk sniffing glue sangat lazim ditemukan di kalangan anak jalanan di seluruh dunia dalam berbagai budaya dan konteks. Berbagai penelitian yang dilakukan mengemukakan berbagai alasan penggunaan zat-zat tersebut, seperti membantu mereka melupakan masalah mereka, menghilangkan rasa lapar, mendapatkan penerimaan dari teman sebaya, merasa lebih hangat, dan membantu untuk bertahan dalam pekerjaan yang sulit. Terlepas dari berbagai alasan tersebut, penggunaan zat yang terus tentu dapat menyebabkan berbagai komplikasi pada tubuh mereka, seperti kerusakan otak dan hati. Tidak hanya kerusakan fisik, penyalahgunaan zat di kalangan anak jalanan juga terbukti mempengaruhi perilaku dan tekanan psikologis. Fenomena ini menunjukkan bahwa bahaya narkotika tidak hanya berdampak pada orang dewasa dengan gaya hidup mewah seperti selebriti ataupun pejabat tinggi, melainkan juga dapat berdampak pada anak-anak yang hidup di jalanan dengan penuh kesulitan.

Referensi

Embleton, L., Mwangi, A., Vreeman, R., Ayuku, D., & Braitstein, P. 2013. The epidemiology of substance use among street children in resource‐constrained settings: a systematic review and meta‐analysis. Addiction, 108(10), 1722-1733.

Sharma, S., Sharma, G., & Barkataki, B. 2016. Substance use and criminality among juveniles-under-enquiry in New Delhi. Indian journal of psychiatry, 58(2), 178.

Unicef. 2012. The state of the world’s children 2012: children in an urban world. Esocialsciences.

 

Kirim Tanggapan

made with passion and dedication by Vicky Ezra Imanuel