
Ratih Frayunita Sari, S.I.Kom., M.A Penyuluh Narkoba Ahli Pertama BNN Provinsi Kepulauan Riau
Kasus Covid 19 di Indonesia pertama kali terkonfirmasi pada bulan Maret tahun 2020, melalui kedatangan warga negara asing yang melakukan interaksi dengan warga negara Indonesia dalam sebuah acara. Tidak lama setelah pengumuman tersebut pemerintah mulai memperketat interaksi antar warga, termasuk membuat berbagai aturan Pembatasan Sosial terhadap aktivitas masyarakat.
Dampak dari Covid-19 telah menimbulkan stress bagi masyarakat. Ada tiga ruang lingkup stress di masa pandemic Covid-19 yakni stress akademik, stres kerja dan stress dalam keluarga. Berbagai kasus bermunculan salah satunya penyalahgunaan narkoba. Mungkin kita ingat bagaimana Nia Ramadhani dan suaminya Ardi Bakri terjerat penyalahgunaan narkoba dengan mengonsumsi sabu selama masa pandemi dengan alasan jenuh dan berujung stress. Sarafino mendefinisikan stress sebagai tekanan internal maupun eksternal serta kondisi bermasalah lainnya dalam kehidupan yang juga disebabkan oleh interaksi antara individu dengan lingkungan. Klasifikasi stress ini dapat dibedakan 3 hal antara lain :
- Stres Akademik ini adalah tekanan yang dialami oleh
siswa atau mahasiswa yang berkaitan dengan kemampuan menguasai ilmu Stress akademik sebagai suatu keadaan atau kondisi berupa gangguan fisik, mental atau emosional yang disebabkan ketidaksesuian antara tuntutan lingkungan dengan sumber daya aktual yang dimiliki siswa sehingga mereka semakin terbebani dengan berbagai tekanan dan tuntutan di sekolah. Stress akademik adalah respons yang muncul karena terlalu banyaknya tuntutan dan tugas yang harus dikerjakan siswa/mahasiswa. Masalah yang dihadapi siswa/mahasiswa ada masa pandemi Covid-19 ini selain tuntutan-tuntutan yang dibebankan dengan model belajar mengajar secara daring. Proses belajar menggunakan media online lebih melelahkan dan membosankan, karena mereka tidak dapat berinteraksi langsung baik dengan guru maupun teman lainnya. Dengan demikian mengakibatkan frustrasi bagi siswa/mahasiswa, dan bila terus berlanjut dapat menimbulkan stress
- Stres Kerja Di masa pandemi Covid-19 diterapkan social distancing dan pekerja beraktivitas dari rumah (WFH). Semua kantor dan tempat usaha tutup. Pabrik-pabrik juga ikut tutup. Bagi pekerja yang dapat beraktivitas di rumah tidak menjadi masalah yang berarti. Akan tetapi bagi pekerja di bidang jasa dan produksi yang mengharuskan di lokasi tempat kerja akan menimbulkan masalah. Tidak adanya kepastian kapan masa pandemi covid ini berakhir menimbulkan ketidakpastian bagi para pengusaha dan para pekerja. Tidak sedikit perusahaan yang melakukan PHK, karena mandeknya kegiatan. Sementara yang terus melakukan usaha mengalami penurunan produktivitas. Inilah antara lain yangmenimbulkan stress kerja di masa pandemi Covid-19.Pada sisi lain, berbagai pemberitaan terkait pandemi Covid-19 memberikan implikasi terhadap pekerja yang cenderung semakin khawatir dalam melaksanakan aktivitas di luar rumah, sementara kebutuhan hidup dan desakan ekonomi keluarga mengharuskan beraktivitas di luar rumah. Kondisi demikian akan menimbulkan konflik. Kecemasan berpadu dengan konflik akan memperparah tekanan jiwa seseorang. Ketidakpastian situasi, masalah ekonomi, gaji yang dipangkas, atau bahkan terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) menjadi faktor yang memicu terjadinya stress dalam kerja.
- Stres dalam Keluarga stress dalam keluarga bisa dialami oleh anak yang bosan dengan model pembelajaran secara online, tanpa dapat bermain dan berinteraksi dengan temannya. Demikian juga dengan suami sebagai kepala keluarga yang harus bekerja dari rumah atau bahkan tidak bekerja, menganggur di rumah, berdampak pada penurunan produktivitas dan pemasukan, dapat pula memicu stress dalam keluarga. Stress ini merupakan akumulasi dari stress akademik yang dialami anak, stress kerja yang dialami orang tua (ayah atau ibu), diperburuk dengan kondisi keluarga yang kurang harmonis, semakin memperkuat potensi stress dalam keluarga. Jika kondisi ini terjadi maka yang muncul adalah permasalahan di dalam rumah tangga dan akan membuat anggota keluarga menjadi tidak nyaman sehingga
Agar stres tidak bermuara menjadi permasalahan yang besar perlu dikelola lebih lanjut sehingga dapat ditangani secara tepat dan tidak memberikan dampak negative lebih besar lagi. Berikut beberapa gejala stress yang dialami seseorang antara lain. Pertama, memiliki rasa khawatir atau takut yang berlebihan sehingga berpikir yang tidak rasional. Kedua, memiliki pikiran negatif terhadap orang yang memiliki tanda-tanda penderita.
Ketiga, frustasi karena adanya pertentangan misalkan dia harus WFH atau WFO, keduanya bisa memunculkan konflik. Frustrasi bisa juga dialami oleh mahasiswa yang mengerjakan tugas akhir. Kondisi Covid-19 mengharuskan social distancing, sehingga penelitian yang harusnya bisa dilakukan harus ditunda atau harus ganti topik penelitian. Sosial distancing juga dapat memicu frustrasi para pekerja atau pengusaha. Keempat, mencari berita mengenai Covid-19 yang berlebihan sehingga tidak dapat memilah berita yang akurat dan dapat memunculkan kecemasan yang membuat seseorang mengalami sulit tidur. Keempat, sakit kepala, serta sakit fisik lainnya. Berikut penjelasan WHO mengenai strategi untuk menghadapi stress selama pandemi Covid-19 sehingga meminimalisir risiko tindakan negatif terutama penyalahgunaan narkoba. Pertama, berbincang dan berbagi cerita dengan orang-orang yang dapat
dipercayai bisa membantu mengurangi rasa tertekan yang dialami. Jika elama pandemi ini, berdiam di rumah lebih dianjurkan untuk meminimalisir penyebaran virus dan kontak fisik dengan orang banyak. Ketiga, menjaga gaya hidup sehat dengan asupan gizi yang cukup, pola tidur yang baik, olahraga dan berinteraksi dengan orang-orang yang disayang bisa dilakukan selama berdiam di rumah. Keempat, menghindari rokok, alkohol dan narkotika untuk menyelesaikan masalah emosi. Kelima, mencari fakta-fakta dan info terbaru yang dapat membantu dalam menentukan tahap pencegahan yang tepat dan menghindari berita-berita yang tidak valid dan kredibel.
Keenam, mengurangi kecemasan dengan membatasi media yang menyebarkan informasi yang membuat semakin cemas dan takut. Ketujuh, mengoptimalkan kemampuan yang dimiliki untuk mengatur emosi selama masa pandemi ini. Setiap orang memiliki cara mengatasi stres yang berbeda-beda, cara ini perlahan berubah menjadi kebiasaan jika dilakukan terus menerus. Ada yang menghadapi stress dengan cara yang sehat, atau justru memperburuk keadaan dengan melakukan hal-hal di luar batas. Hal ini lah yang dikhawatirkan menjerumus pada penyalahgunaan narkoba. Oleh karena itu diperlukan manajamen stress yang baik agar dapat menanggulangi ancaman penyalahgunaan narkoba.
Referensi :
Davis, Martha, Elizabeth Robbins Eshelman, Matthew M’Kay. 2008. The Relaxation & Stress Reducation Workbook, Oakland: New Harbinger Publications
Erdianto, Kristian.2020 Satgas Angka Kematian Akibat Covid-19 di Indoneisa Lampaui Persentase.https://nasional.kompas.com/read/2020/08/04/19203191/satgas-angka-kematian-akibat-covid-19-di-indonesia-masih-lampaui-persentase diakses 18 April 2022
Lazarus, RS, Folkman S. 1984. Stress, Appraisals and Coping. New York: Springer
Muslim, Mohammad. 2020. Manajemen Stres Masa Pandemi Covid-19. Jurnal Manajemen Bisnis, Vol. 23 No. 2 / 20
Sumampouw, Nathanael & Ibnu Mundzir. 2011. Manajemen Stress Bagi Pekerja Kemanusiaan, Pusat Krisis Fakultas Psikologi U