Skip to main content
EdukasiArtikel

Kondisi Subjective Well-Being Pada Mantan Pecandu Narkoba

Dibaca: 130 Oleh 18 Mei 2022Juni 7th, 2022Tidak ada komentar
Kondisi Subjective Well-Being Pada Mantan Pecandu Narkoba
#BNN #StopNarkoba #CegahNarkoba

Oleh Rizki Pramisya, S.Psi Staff P2M BNNP KEPRI

Diener et al (2015) mengemukakan bahwa subjective well-being merupakan evaluasi kognitif individu terhadap kehidupan mereka, sejauh mana afek positif mendominasi dibandingkan afek negatif atau sebaliknya. Subjective well-being individu dipengaruhi oleh beberapa komponen yang mendasari, yakni kepuasan hidup individu, emosional positif (afeksi positif), dan emosional negatif (afeksi negatif) (Andrews & Withey, 1976).

Setiap individu ingin memiliki tingkat kepuasan hidup yang tinggi, dengan dominasi pengalaman emosional positif dibandingkan emosional negatif. Begitupula pada para mantan pecandu narkoba. Penelitian yang dilakukan oleh Luoma et al (2007) menyimpulkan bahwa kehidupan mantan pecandu narkoba setelah kembali ke masyarakat akan jauh lebih sulit dibandingkan sebelumnya, dimana 14% dari mereka mendapati gaji yang rendah, 60% lainnya mendapatkan perlakuan berbeda dari masyarakat, 38% mantan pecandu narkoba dijauhi oleh teman-teman mereka, dan 45% diantaranya bahkan dijauhi oleh anggota keluarganya sendiri. Ini dapat menjadi penyebab munculnya perasaan hampa, putus asa, dan banyak perasaan negatif lainnya (Junaiedi, 2009). Proses relapse pada mantan pecandu narkoba menimbulkan reaksi tubuh yang berujuk pada munculnya afek negatif seperti mudah marah, perasaan takut, sedih, dan sebagainya (Rosydah dan Nurdibyanandaru, 2010). Jika ditelaah lebih lanjut, perasaan ketidakpuasan pada hidup merujuk pada tingkat afek negatif yang lebih banyak dirasakan dibandingkan afek positif. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat subjective well-being yang dimiliki para mantan pecandu narkoba cenderung rendah berdasarkan pengalaman yang mereka terima setelah kembali ke masyarakat.

Hal ini dapat diminimalisir dengan dukungan dari keluarga, teman, dan orang terdekat. Perasaan bersyukur dan pantang menyerah juga mampu menumbuhkan perasaan untuk terus berjuang dan semangat kembali menjalankan kehidupan normal. Perlakuan masyarakat yang berbeda dengan berbagai stimulus negatif yang didapatkan menjadi tantangan besar bagi para mantan pecandu narkoba ketika kembali untuk menjalankan kehidupan di masyarakat. Hal ini dapat menimbulkan dua respon, yakni berjuang atau menyerah dan kembali menjadi pecandu. Dengan demikian, keluarga dan masyarakat memiliki peran penting dalam keberlangsungan hidup para mantan pecandu narkoba dengan memberikan dukungan dan penerimaan tulus untuk kembali dan sembuh.

Referensi:

Andrews, F. M., & Withey, S. B. (1976). Social indicators of well-being: Americans’ perceptions of life quality. NewYork: Plenum.

Diener, E., Oishi, S., & Lucas, R. E. (2015). National accounts of subjective well-being. American Psychologist, 70(3), 234–242. https://doi.org/10.1037/a003- 8899

Luoma, J. B., Twohig, M. P., Waltz, T., Hayes, S. C., Roget, N., Padilla, M., & Fisher, G. (2007). An investigation of stigma in individuals receiving treatment for substance abuse. Addictive Behaviors, 32, 1331–1346.

Rosyidah, R., & Nurdibyanandaru, D. (2010). Dinamika emosi pecandu narkotika dalam masa pemulihan. Fakultas Psikologi Universitas Airlangga Surabaya INSAN Vol. 12 No. 02, Agustus 2010.

Kirim Tanggapan

made with passion and dedication by Vicky Ezra Imanuel