Skip to main content
EdukasiArtikel

Detoks Sosial Media dan Kaitan Terhadap Kesehatan Mental

Dibaca: 469 Oleh 27 Sep 2022Oktober 24th, 2022Tidak ada komentar
Detoks Sosial Media dan Kaitan Terhadap Kesehatan Mental
#BNN #StopNarkoba #CegahNarkoba

oleh : Ratih Frayunita Sari, S.I.Kom., M.A Penyuluh Narkoba BNN Provinsi Kepulauan Riau

Pengguna media sosial saat ini menunjukkan peningkatan yang semakin masif. Berdasarkan riset yang dirilis We are sosial Hootsuite bahwa rata-rata penggunaan smartphone terutama bagi generasi Z adalah sebanyak lebih dari 5 jam. Ini menunjukkan sebagian besar waktu yang dihabiskan adalah untuk mengakses internet. Berbeda dengan generasi di atasnya kebanyakan penggunaan smartphone sebatas untuk keperluan bisnis dan kolega.

Penggunaan media sosial yang terus menerus dalam jangka waktu yang lama, berimplikasi terhadap berbagai masalah salah satunya adalah memunculkan frustasi, bingung, bahkan kecendrungan rasa mudah iri terhadap orang lain. Temuan ini dimuat dalam penelitian berjudul A Tool to Help or Harm? Online Social Media Use and Adult Mental Health in Indonesia yang secara khusus menyoroti gangguan kesehatan mental akibat penggunaan media sosial di Indonesia. Gambaran ini menjadi semakin menarik setelah menghubungkan aspek media sosial terhadap Kesehatan mental seseorang.

Dunia virtual melahirkan cara berkomunikasi baru. Seseorang bisa sangat berbeda kehidupannya antara di dunia nyata dengan dunia maya, terutama yang terlihat di media sosial. Jika menilik bagaimana perspektif Van Dijk bahwa media sosial menjadi platform media yang fokus untuk eksistensi pengguna sehingga memilki aktualisasi diri di media sosial.  Pada dasarnya media sosial menjadi cara untuk membentuk keterhubungan dengan orang lain, namun dapat berbalik menjadi ancaman karena sosialisasi di media sosial sarat dengan berbagai konflik mulai dari cyberbullying hingga konten yang justru menjadi racun bagi penggunanya.

Penelitian Royal Society for Public Health tahun 2019 membuktikan bahwa instagram sebagai media sosial terburuk untuk kesehatan mental terutama bagi kalangan anak muda. Jika sang pengguna memiliki self-esteem yang rendah, mereka tidak bisa menyaring konsumsi Instagram dan cenderung membandingkan diri sendiri dengan role model-nya.  Festinger juga mengatakan bahwa perbandingan sosial merupakan suatu cara mengukur kemampuan atau kualitas diri seseorang terhadap kualitas diri orang lain, dan adanya perbandingan sosial tidak menyenangkan dikarenakan melihat kehidupan orang lain lebih baik dan sukses dibandingkan diri sendiri menyebabkan munculnya iri.

Deleting toxic adalah fenomena orang merasa penggunaan menjadi negatif bagi dirinya baik secara fisik maupun mental. Pengguna merasa lebih tidak produktif, merasa narsis/minder setelah memakai Instagram, dan lainnya. Pada dasarnya media sosial merupakan alat bantu dalam menyalurkan informasi dari seorang kepada individu atau kelompok orang, namun dapat berbalik menjadi ancaman karena potensi toxic yang ada.

Para peneliti yang meriset masalah gangguan kesehatan mental,perasaan iri dan getir muncul karena pengguna media sosial sering membanding-bandingkan kehidupannya dengan orang lain di medsos. Kecenderungan rasa iri yang timbul juga semakin tinggi mengingat lingkup media sosial yang lebih luas. Media sosial selain dapat menjadi sarana penularan emosi juga dapat mempengaruhi suasana hati penggunanya. Turkle mengemukakan bahwa seberapa lama seseorang menghabiskan waktu di media sosial akan terjadi proses pembandingan sosial yang bisa mengakibatkan efek depresif akibat munculnya reaksi “alone together”

Penggunaan media sosial secara berlebihan dapat memicu luapan emosi negatif seperti depresi ketika tidak mendapatkan respon atau komentar yang diharapkan dari pengguna media sosial lain, peristiwa masa lalu yang memalukan dan menyakitkan diungkap oleh pengguna media sosial lain, dan sedikitnya jumlah teman atau pengikut di sosial media dibandingkan orang lain. Selain mempengaruhi emosi penggunanya, penggunaan media sosial yang terus menerus juga menyebabkan Gangguan dalam hubungan interpersonal. Orang merasa lebih nyaman melakukan komunikasi melalui media sosial dibandingkan komunikasi langsung.

 

Tidak hanya itu kehangatan dan keakraban dengan lingkungan keluarga juga semakin berkurang karena setiap anggota keluarga terlalu sibuk dengan media sosial mereka masing-masing. Mereka bahkan rela melakukan berbagai macam cara demi untuk mendapatkan content yang menarik sehingga mendapatkan like dan komentar yang banyak. Pada taraf yang lebih luas, mereka yang menggunakan media sosial terus menerus juga dilaporkan mengalami gangguan kesehatan, mulai dari sakit kepala, kram tangan, hingga tidak dapat tidur. Serangkaian keluhan yang muncul tentu akan menjadi bom waktu dikemudian hari jika tidak disikapi dengan bijaksana. Diperlukan sebuah tindakan nyata untuk mengatasi semua dampak buruk dari media sosial yang digunakan terus menurus. Salah satu yang biasa dengan mengurangi penggunaan media sosial.

Detox menjadi istilah yang seringkali digunakan dalam dunia kesehatan dalam membuang zat buruk dari tubuh. Berbeda dengan detox diet yang membuang racun dari dalam tubuh, detox sosial media justru membantu membuang semua racun yang menggangu mental sehingga kita terbangun dan hidup dalam realita.
Detox sosial media bukan berarti berhenti total dalam menggunakan sosial media.  Ini dilakukan jika pengguna sosial media merasa stress dan resah dengan kehidupan sosial orang lain. Umumnya detox sosial media dimulai dengan mengurangi jumlah waktu penggunaan media sosial, jika umumnya penggunaan menggunakan sosial media mereka selama lebih dari tiga jam, maka sebagai langkah pertama yang bisa dilakukan adalah menguranginya hingga satu jam pemakaian. Sayangnya keenganan untuk melakukan detox media sosial bisa jadi karena kurangnya pemahaman terhadap konsep tersebut. Tidak hanya itu, milenial yang kesehariannya menggunakan media digital merasa masih sangat tergantung dengan media sasial.

Referensi :

Parsafar, P., & Davis, E. L. 2018. Fear and anxiety. In The Function of Emotions: When and Why Emotions Help Us. https://doi.org/10.1007/978-3-319-77619-4_2

Syvertsen, T., & Enli, G. 2019. Digital detox: Media resistance and the promise of authenticity. Convergence. https://doi.org/10.1177/1354856519847325

Kirim Tanggapan

made with passion and dedication by Vicky Ezra Imanuel